08.08
0
Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku benci padanya karena sering membuatku malu. Ibuku mengelola sebuah toko kecil di pasar dan menjual apapun agar mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup kami.

Suatu hari ibu datang ke sekolah, sewaktu aku masih duduk di sekolah dasar. Aku sangat malu. Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku? Aku membuang muka dan berlari keluar. Keesokan harinya di sekolah, teman-teman mengejekku "Ibumu hanya memiliki satu mata?!". Aku berharap ibuku segera lenyap dari dunia ini jadi aku berkata kepada ibuku, "Bu, kenapa ibu tidak memiliki mata normal seperti yang lain? Ibu hanya akan menjadikanku sebagai bahan tertawaan teman-teman saja. Mengapa Ibu tidak mati saja?" Ibuku tidak menjawab. Aku pikir aku sudah melakukan hal yang sangat buruk, tapi pada saat yang sama, aku merasa lebih baik untuk mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini. Mungkin karena ibuku tidak pernah menghukumku, tapi aku tidak berpikir bahwa aku telah menyakiti perasaannya dengan sangat buruk. Malam itu, aku terbangun, dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis di sana, begitu tenang, seolah-olah dia takut aku terbangun oleh suaranya. Aku melihat ke arahnya, dan kemudian pergi meninggalkannya. Karena apa yang telah aku katakan sebelumnya, ada sesuatu yang mencubit di sudut hatiku. Meskipun demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena aku benci ibuku bermata satu dan mulai putus asa dalam kemiskinan. 
 
Lalu aku belajar dengan giat. Aku tinggalkan ibuku dan datang ke Seoul duntuk melanjutkan sekolah, dan aku diterima di Universitas Seoul dengan semua kepercayaan diriku. Kemudian, aku menikah. Aku membeli rumah sendiri. Lalu aku punya anak, juga. Sekarang aku hidup bahagia sebagai orang sukses. Aku suka di sini karena di tempat ini tidak mengingatkanku pada ibu. 

Kebahagiaan ini semakin besar dan besar, ketika seseorang tak terduga datang menemui Aku "Apa?! Siapa ini?!" Ini adalah ibuku. Masih dengan matanya yang hanya satu. Rasanya seolah-olah langitku runtuh. Gadis kecilku lari ketakutan melihat mata ibuku. Dan aku bertanya, "Siapakah kamu?? Aku tidak mengenalmu!" seakan-akan aku berusaha untuk membuat nyata. Aku berteriak padanya "Betapa beraninya kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anakku. Pergilah dari sini sekarang juga!! Kemudian ibuku hanya menjawab, "Oh, aku minta maaf, mungkin aku salah alamat" Dan ia menghilang. Terimakasih Tuhan, dia tidak mengenali aku. Aku cukup lega. Aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan peduli, atau berpikir tentang hal ini sepanjang sisa hidupku.  

Kemudian suatu hari, datang sebuah undangan menghadiri reuni sekolah. Aku berbohong kepada istriku dengan mengatakan bahwa  aku akan melakukan perjalanan bisnis. Usai reuni, aku pergi ke gubuk tua, yang  biasanya aku sebut sebagai "rumah". Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi di sana, dan aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak meneteskan air mata. Dia memiliki secarik kertas di tangannya. Itu adalah surat untukku.  

Anak lelakiku, Aku pikir hidupku sudah cukup lama sekarang. Dan, aku tidak akan mengunjungi Seoul lagi, tapi apakah aku berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang mengunjungiku sekali-sekali? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika aku mendengar kamu datang untuk reuni sekolahmu. Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah. Karena kamu. Aku minta maaf karena aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah sangat membuatmu malu. Kamu tahu, sewaktu kamu masih sangat kecil, kamu mengalami kecelakaan, dan kehilangan matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak tahan melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya satu mata,  jadi aku mendonorkan mataku. Aku sangat bangga dengan anak ku yang telah dapat melihat sebuah dunia baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah marah padamu atas apapun yang telah engkau lakukan.  Walaupun beberapa kali engkau marah kepadaku. Aku berpikir, 'itu karena  Tuhan  mencintaiku" Aku rindu saat-saat engkau masih kecil dan berada di dekatku. Aku sangat merindukanmu. Aku mencintaimu. Engkau adalah hal yang paling berarti untukku di dunia ini.

Duniaku serasa hancur! Lalu aku menangis untuk orang yang pernah hidup untukku.

0 komentar:

Posting Komentar