Bagaimanapun kesabaran adalah salah satu cara
agar dapat meraih apa yang kita inginkan. Semoga dengan membaca cerita motivasi
kali ini, kita memiliki motivasi untuk bersabar. Dan akhirnya selamat menikmati
cerita ini.
______
Di suatu sore hari
pada suatu desa kecil, ada seorang yang sudah tua duduk bersama anak nya yang
masih muda yang baru saja diwisuda akan kelulusannya pada perguruan tinggi
ternama di kota
itu. Mereka duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di
sekitar mereka.
Saat mereka
berbincang-bincang, datang seekor burung hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu
menuding jari ke arah burung itu sambil bertanya,
“Nak, apakah
benda hitam itu?” “Burung gagak”, jawab si anak.
Ayah mengangguk-anggukkan kepala, namun tak berapa lama kemudian, ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit keras.
Ayah mengangguk-anggukkan kepala, namun tak berapa lama kemudian, ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit keras.
“Itu burung
gagak, Ayah!”
Tetapi kemudian tak
berapa lama si ayah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Si anak
merasa sedikit bingung dengan pertanyaan yang
sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG
GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
tidak lama
kemudian, sang ayah sekali lagi mengajukan pertanyaan yang
serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada tinggi
dan kesal kepada sang ayah,
“Itu gagak,
Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi
membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak
benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya
tak tahu Ayah paham atau tidak. Sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut
dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya
katakan????
Itu burung gagak
Ayah….., burung gagak”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Kemudian
si ayah lalu bangun
menuju ke dalam rumah
meninggalkan si anak yang
kebingungan.Kemudian si ayah keluar dengan sebuah buku di tangannya. Dia
mengulurkan buku itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya.
Ternyata buku tersebut adalah sebuah diary lama.
Sambil menunjuk pada
suatu lembaran pada buku si ayah berkata, “Coba kau baca apa yang pernah
Ayah tulis di dalam diary ini,”.
Si anak setuju dan
membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di
halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di
pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,
“Ayah, apa
itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai
membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang
kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah
baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang
kesabaran serta marah. Engkau telah dewasa anakku. Asahlah kesabaranmu. karena
itu adalah salah satu kunci meraih suksesmu”
Lalu si anak seketika
memerah karena malu. Ia bersimpuh di kedua kaki ayahnya meminta maaf atas apa
yg telah ia perbuat.
0 komentar:
Posting Komentar