Pertama: Mengimani takdir ilahi
Setiap menghadapi cobaan hendaklah seseorang tahu bahwa setiap yang
Allah takdirkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi
pastilah terjadi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
Beriman kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat
seseorang semakin ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan,
“Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang
Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki
tidak akan terjadi.”
Kedua: Yakinlah, ada hikmah di balik cobaan
Hendaklah setiap mukmin mengimani bahwa setiap yang Allah kehendaki
pasti ada hikmah di balik itu semua, baik hikmah tersebut kita ketahui
atau tidak kita ketahui.
Ketiga: Ingatlah bahwa musibah yang kita hadapi belum seberapa
Ingatlah bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam
sering mendapatkan cobaan sampai dicaci, dicemooh dan disiksa oleh
orang-orang musyrik dengan berbagai cara. Kalau kita mengingat musibah
yang menimpa beliau, maka tentu kita akan merasa ringan menghadapi
musibah kita sendiri karena musibah kita dibanding beliau tidaklah
seberapa.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
“Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”
Keempat: Ketahuilah bahwa semakin kuat iman, memang akan semakin diuji
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi.
Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya
begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya
lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba
senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi
dalam keadaan bersih dari dosa.”
Kelima: Yakinlah, di balik kesulitan ada kemudahan
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Keenam: Hadapilah cobaan dengan bersabar
'Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh
karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang
tidak memiliki kesabaran.”
Yang dimaksud dengan bersabar adalah menahan hati dan lisan dari
berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari perilaku emosional
seperti menampar pipi dan merobek baju.
Ketujuh: Bersabarlah di awal musibah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
“Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.” Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.
Kedelapan: Yakinlah bahwa pahala sabar begitu besar
Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az Zumar: 10).
Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى
مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى
مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا
تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم-.
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala
sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah
ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang
lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan
menggantinya dengan yang lebih baik.”
Do'a yang disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh
seorang muslim ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami.
Insya Allah, dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.
Kesepuluh: Introspeksi diri
Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita
perbuat baik itu kesyirikan, bid’ah, dosa besar dan maksiat lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30).
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar